Bahasa Rakya
1. Nama panggilan
Nama panggilan ini merupakan sebuah panggilan khas
atau lazim masyarakat Sumbawa untuk nama-nama
tertentu, nama panggilan ini tidak diketahui siapa yang membuatnya.
Namun, nama panggilan sudah melekat kepada setiap orang sebagai panggilan
kesayangan atau panggilan kecil yang di mana masyarakat Sumbawa menyebutnya
dengan istilah pedondo. Berikut
beberapa contoh panggilan nama tersebut,
NAMA
|
NAMA PANGGILAN
|
Abdullah
Ahmad
Aminah
Aminudin
Aisyah
Burhanudin
Bansawan
Gaffar
Gafur
Hasanudin
Husain
Hasanah
Hamid
Fatimah
Halimah
Hadiah
Halim
Iqbal
Ibrahim
Ihsan
Intan
Ilham
Jafarudin
Jamaludin
Jalaludin
Jawaria
Kamaludin
Khaidir
Khaerudin
Kamariah
Muhammad
Maimunah
Nilawan
Nurdin
“Nur”
pada nama laki-laki
“Nur”
pada nama perempuan
Patawari
Patahollah
Rahma
Rahmat
Rahim
Rabiatul
Rukmini
Rosmiati
Rohana
Saleh
Sri
Siti
Syaifudin
Syaifullah
Salahudin
Syafrudin
Syamsudin
Syafarudin
Syofyan
Zakariah
Zaulkifli
Zainudin
|
Bedo, Doya
Jame,
Hemat, Mek
Mindong
Ami
Icang
Boha
Benga
Ape
Apung
Ace
Uce
Nun
Ame’
Imbuk
Imo
Iyo
Halum
Ibeng
Jaho
Iceng
Ite
Ilo
Jepo
Jambul
Jalik
Jawe
Kambeng
Ide
Ude
Kambeng
Ame
Memun
Aweng
Ndin
Ne
No
Pato
Doya
Ma
Mat
Ahim,
Aho
Atul
Ruk
Ro
Ro
Jale
Jrek
Itik
Aip
Ipul
Laho,
Bo
Sap
Co
Ape
Piyo
Jake,
Sake
Akif
Ude
|
2. Gelar/tahta kebangsawanan Sumbawa
Gelar kebangsawanan di dalam masyarakat Sumbawa sebenarnya lahir jauh
sebelum Islam datang tapi dalam kehidupan masyarakat feodal masa lalu meskipun
Islam sudah masuk mereka tetap memelihara stratifikasi sosial untuk mbedakan
bangsawan dengan masyarakat biasa karena umumnya para bangsawan tersebut adalah
pemegang kekuasaan.
Ada beberapa gelar
bangsawan dalam adat Tana Samawa :
a. Daeng diberikan kepada putra dan putri Sultan maupun
putra dan putri saudara Sultan yang menikahi suami atau istri yang sama
bergelar Daeng. Disamping itu gelar Daeng juga diberikan kepada putra dan putri
pejabat tinggi kesultanan seperti Menteri Telu.
b. Datu diberikan kepada yang putra Datu yang menikahi
putri Sultan atau Menteri Telu yang bergelar Daeng dan/atau putri Datu.
c. Lalu dan Lala diberikan kepada putra dan putri Sultan
maupun bangsawan pangkat atau pejabat dari istri yang kebangsawanannya lebih
rendah dan bila sudah menikah menjadi Dea Radan.
d. Dea diberikan selain kepada bangsawan pangkat dan juga
kepada bangsawan pada umumnya sebagai panggilan. Dea ada dua garis pokok yakni
dea pangkat (sampongo) dan dea biasa atau pongo singin yakni dea yang dipanggil
mengikuti nama anaknya.
3. Logat dalam bahasa
Sumbawa
Logat dalam bahasa Sumbawa sangat berpengaruh terhadap posisi geografis
dan ada tiga wilyah pembagiannya yaitu timur, barat, dan tengah.
a.
Logat wilayah Timur
Untuk wilayah timur memiliki logat
yang cepat dan jelas dalam pegucapan kata-kata. Dalam pengucapannnya tidak ada
penekanan khusus, semua kata diucapkan sesuai dengan bentuk penulisannya. Contoh: - Kam maning (Sudah mandi); -
Kam mangan (Sudah makan).
b.
Logat wilayah Barat
Untuk wilayah barat memiliki logat
yang lebih lambat dan jelas dalam pengucapan kata-kata. Lambatnya pengucapan
ini dikarenakan adanya tekanan pengucapan dalam huruf vokal pada suatu kata. Contoh: - Kam maniii (Sudah mandi); -
Apa boaaat (Apa kerja).
c.
Logat wilayah Tengah
Untuk wilayah tengah memiliki logat
yang lebih fleksibel, dikarenakan posisinya di tengah jadi logat yang dimiliki
tidak ada yang terlalu mendominasi. Logat yang mempengaruhinya berasal dari dua
wilayah sebelumnya yaitu timur dan barat.
sumber : Joe Think dan Muhammad Iqbal, S.Sos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar